Berkaitan dengan makna hadits di atas, ulama mengatakan bahwa sikap jujur dapat mengantarkan kepada amal shaleh yang murni dan selamat dari celaan. Sedang kata “al-birr” (kebaikan) adalah istilah yang mencakup seluruh kebaikan. Pendapat lain mengatakan bahwa “al-birr” berarti surga. sedangkan dusta dapat mengantarkan kepada perilaku menyimpang (kedzaliman).
Sikap jujur termasuk keharusan di antara sekian keharusan yang harus diterapkan oleh masyarakat, dia menjadi fundamen penting dalam membangun komunitas masyarakat. Tanpa sikap jujur, seluruh ikatan masyarakat akan terlepas. Karena tidak mungkin membentuk suatu komunitas masyarakat sedang mereka tidak berhubungan sesamanya dengan jujur.
Sikap jujur sebetulnya merupakan naluri setiap manusia. Cukup sebagai bukti bahwa anak kecil jika diceritakan tentang sosok seorang yang jujur di satu sisi dan di sisi lain diceritakan sosok seorang pendusta, engkau lihat, dia akan menyukai orang jujur dan membenci pendusta.
Al Marudzi bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal. “Dengan apakah seorang tokoh meraih reputasi hingga terus dikenang?”. Imam Ahmad menjawab singkat: “Dengan perilaku jujur”. Beliau melanjutkan bahwa ”Sesungguhnya perilaku jujur terkait dengan sikap murah tangan (dermawan).” (Thabaqatul Habilah, jilid I, hal 58).
Imam Fudhail bin Iyadh berkata: “Seseorang tidak berhias dengan sesuatu yang lebih utama daripada kejujuran (Hilyatul Auliya, jilid VIII,hal 109).
Sahabat Bilal melamar wanita Quraisy (suku terhormat-red) untuk dinikahkan dengan saudaranya. Dia berkata kepada keluarga wanita Quraisy: “Kalian telah mengetahui keberadaan kami. Dahulu kami adalah para hamba sahaya lalu dimerdekakan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kami dahulu adalah orang-orang tersesat lalu diberikan hidayah oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kami dulunya fakir lalu dijadikan kaya oleh-Nya. Kini akan melamar wanita fulanah ini untuk dijodohkan dengan saudaraku. Jika kalian menerimanya, maka segala puji bagi Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan bila kalian menolak, maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala Dzat Yang Maha Besar.
Anggota keluarga wanita itu tampak memandang satu dengan yang lainnya. Mereka lalu berkata: “Bilal termasuk orang yang kita kenal kepeloporan, kepahlawanan, dan kedudukannya di sisi Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa sallam. Maka nikahkanlah saudara dengan puteri kita”. Mereka lalu menikahkan saudara Bilal dengan wanita Quraisy tersebut. Usai itu saudara Bilal berkata kepada Bilal: “Mudah-mudahan Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengampuni. Apa engkau menuturkan kepeloporan dan kepahlawanan kami bersama dengan Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam, sedang engkau tidak menuturkan hal-hal selain itu? Bilal menjawab: “Diamlah saudaraku, kamu jujur, dan kejujuran itulah yang menjadikan kamu menikah dengannnya”. (Al Mustathraf, jilid I, hal 356).
Ismail bin Abdullah Al-Makhzumi berkata: “Khalifah Abdul Malik bin Marwan menyuruh aku mengajari anak-anaknya dengan kejujuran sebagaimana dia menyuruh aku membaca tulis Al-Qur’an serta menyuruh aku menghindarkan mereka dari dusta walaupun harus mati” (Makarimul Akhlaq, hadits nomor 122, hal 27).
Rib’i bin Hirasy dikenal tidak pernah berdusta sama sekali. Suatu hari dua puteranya tiba dari Khurasan berkumpul dengannya., sedang keduanya adalah anak durhaka (nakal). Barangkali kedua anaknya menjadi pemberontak pemerintah. Seorang mata-mata lalu memberi kabar kepada Hajjaj. Katanya: “Wahai pimpinanku, masyarakat seluruhnya menganggap Rib’i bin Hirasy tidak pernah berdusta selamanya. Sementara saat ini kedua anaknya yang durhaka dan nakal datang dari Khurasan dan berkumpul dengannya”.
Hajjaj berkata: “Serahkan ia kepadaku”. Rib’i bin Hirasy lalu dibawa ke hadapan Hajjaj. Hajjaj bertanya: “Wahai orangtua….”.
“Apa yang kau mau?” tanya Rib’i.
“Saat ini apakah yang dilakukan oleh kedua puteramu?” tanya Hajjaj dengan selidik.
Rib’i berkata jujur: “Tempat bermohon adalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Aku meninggalkan keduanya di rumah”.
“Tidak ada pidana. Demi Alloh Subhanahu wa Ta’ala, aku tidak menuduh buruk kepadamu mengenai dua anakmu. Sekarang kedua anakmu terserah padamu. Keduanya bebas dari tuduhan pidana”. (Makarimul Akhlaq, hadits nomor 135, hal 29-30).
Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala memberikan kita kekuatan dan hidayah-Nya agar bisa sedikit demi sedikit memiliki sifat mulia ini dan mempertahankannya, baik dalam dakwah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Koleksi Ayam Bangkok
Cari artikel disini.
please wait for search box
Selasa, 18 Januari 2011
Manfaaat berkata jujur. .
Ternyata berkata Jujur mempunyai banyak manfaat dan khasiat bagi kita Teman semua,baik di dunia maupun di akhirat.
Yuk...kita baca,apa aja sich mamfa'at berkata jujur
Semoga Bermamfa’at……..
Manfa’at bagi orang yang jujur dalam perkataan maupun perbuatannya
Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak takut akan diketahui kebohongannya.
Mendapatkan keberkahan dalam usahanya.
Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT.
Selamat dari bahaya.
Dijamin masuk Surga.
Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Jujur ialah kesesuaian ucapan dengan hati kecil dan kenyataan objek yang dikatakan (Fathul Baari, jilid X, hal 507).
Berlangganan
ayo berlangganan FREE atikel dari islami qolbu ke web anda :
copy-paste code ini :
copy-paste code ini :
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar jika anda menyukai atau merasa ingin mengkritik blog ini atau ada beberapa postingan kami yang bermasalah...
(Ingat Pikirkan kembali kata kata komentar anda, jangan sampai menyinggung pihak lain, atau terdapat unsur negatif , terimakasih)