This is default featured post 1 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 2 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 3 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 4 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 5 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 5 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 5 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 5 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 5 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

This is default featured post 5 title

Assalamu'alaikum wr.wb,, pemilik blog berharap, blog ini dapat bermanfaat bagi ikhwan dan akhwat yang membaca artikel ISLAMI QOLBU

Koleksi Ayam Bangkok

Cari artikel disini.

please wait for search box
Tampilkan postingan dengan label Akhlak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akhlak. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Juli 2013

Mari Menyambut Bulan Suci Ramadhan

 Assalamu a'laikum Wr Wb,
Sahabat blogger yang suuperr. :D, 
alhamdulillah,  setelah sekian lama postingan islami qolbu tersendat, akhirnya admin sempat kembali memosting artikel yang mudah mudahan bermanfaat untuk kita semua,
sebentar lagi kita akan memasuki Bulan Suci Ramadhan,
kita sebagai umat Muslim pastinya akan menyambut bulan ini dengan gembira, 


Sahabat sekalian .. Monggo di simak :)
Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan. Orang mukmin dianjurkan untuk meraih sebaik-baiknya, dan sebanyak-banyaknya kesempatan dalam berbuat kebajikan apapun bentuknya. Bila kita menelusuri jejak Rasululah saw. dalam menyambut bulan suci Ramadhan ini, maka akan kita dapati hal-hal sbb:

  1. Beliau selalu bergegas memenuhi panggilan kebaikan, seperti salat berjama'ah, salat sunnah, mengeluarkan sedekah, membaca al-Qur'an dan sebagainya. Beliau bersabda: "Apabila datang malam pertama bulan Ramadhan, dibelenggulah syetan dan jin, ditutuplah pintu-pintu mereka, dan dibukalah pintu-pintu surga, kemudian diserukan: wahai orang yang mendambakan kebaikan, datanglah!! dan wahai orang yang tak suka kebaikan, bermalaslah!! (artinya, engganlah memperbanyak amalmu). Dan sesungguhnya dalam bulan Ramadhan ini setiap malamnya Allah swt. membebaskan orang-orang yang dikehendakiNYA dari api neraka. (Hadis riwayat Imam al-Turmudzi)
  2. Melipatgandakan amal perbuatan yang baik, baik yang fardlu maupun yang sunnah. Diriwayatkan oleh Salman, bahwa pada suatu hari di penghujung bulan Sya'ban Rasulullah saw. bersabda, "Wahai sekalian manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, penuh keberkahan, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan; diwajibkan padanya puasa; dan dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamnya. Maka barang siapa yang mengerjakan satu kebajikan pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu perintah kewajiban di bulan lain, dan siapa yang mengerjakan ibadah yang wajib, seakan-akan ia mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban tersebut di bulan yang lain."

    Begitulah pahala mengerjakan ibadah sunnah sama dengan pahala mengerjakan ibadah wajib, sedangkan ibadah wajib akan dibalas tujuh puluh kali lipat pahalanya.
  3. Beliau sangat pemurah dan sangat gemar bersedekah serta memberi makan orang yang berpuasa. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary ra., bahwa Rasulullah saw. adalah orang yang paling pemurah, lebih-lebih pada bulan Ramadhan. Dilukiskan bahwa beliau bagaikan hembusan angin yang lembut, membawa banyak karunia, menabur kegembiraan di hati orang mukmin. Diriwayatkan pula bahwa beliau sangat penderma, bahkan tidak pernah menolak permintaan apapun yang diajukan ke beliau.
  4. Banyak berdo'a, terutama ketika hendak berbuka puasa. Beliau bersabda:
    "Saat-saat berbuka adalah saat yang paling tepat dan mujarab bagi orang yang berpuasa untuk berdoa." Dan doa yang selalu diucapkan ketika berdoa adalah "Ya Allah, hanya karenamu aku berpuasa, dan dengan rizkimu aku berbuka, telah hilang haus dan dahaka, maka tetap hauslah pahala bagiku, ya Allah!!".
  5. Selalu tadarus (membaca al-Qur'an). Setiap malam bulan Ramadhan Malaikat Jibril as. selalu datang menemui Rasulullah saw., dan bersama-sama membaca al-Qur'an, slih berganti. Hikmah tadarus Rasulullah di antaranya adalah untuk mengajarkan umatnya agar rajin membaca al-Qur'an atau tadarus, terutama di bulan suci Ramadhan itu, di setiap waktu, apalagi di malam hari, dan ketika mengerjakan salat malam (tahajjud).
  6. Meningkatkan gairah ibadahnya terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal mana dilaksanakan untuk meraih terutama lailatul qadar. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Barangsiapa yang beribadah pada malam lailatul qadar dengan penih keimanan dan harapan, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah ia lakukan." Seperti kita ketahui, bahwa ibadah pada malam ini sama nilainya dengan kita beribadah seribu bulan lamanya. Dan doa yang paling afdhol (paling utama) diucapkan pada malam itu adalah: "Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun dan Pemurah serta sangat suka memaafkan. Maka ampunilah kesalahan-kesalahan kami, ya Allah. (Allaahumma innaka 'afuwwun kariim, tuhibbu al-'afwa fa'fu 'annaa yaa kariim).
    Diriwayatkan: barang siapa yang salat Maghrib dan Isya' berjama'ah pada malam Lailatul Qadar itu, maka ia telah mendapatkan sebagian besar keutamaan malam Lailatul Qadar itu. Riwayat yang lain mengatakan, "Siapa yang salat Isya' berjama'ah pada malam Lailatul Qadar itu, seakan-akan ia telah menghidupkan separoh malam tersebut, dan bila ia menunaikan salat Subuhnya, maka ia telah menyempurnakan seluruh malam Lailatur Qadar tersebut.
Itulah beberapa jejek Rasulullah saw. pada bulan Ramadhan, yang pada dasarnya beliau mengajarkan umatnya agar bersungguh-sungguh meraih kebaikan-kebaikan yang ada padanya, dengan berbuat keta'atan, kebaikan, ibadah, terutama ibadah-ibadah sosial, seperti menolong orang lain, meringankan beban hidup orang lain, menyantuni anak yatim dan orang-orang yang papa atau memberi makan orang yang akan berbuka puasa. Di samping itu beliau juga mengajarkan umatnya agar menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan munkar, makruh, dan mubah, apalagi yang haram. Bahkan beliau memperingatkan dengan sabdanya: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan keji atau kotor (seperti berdusta, membicarakan orang lain atau mengadu domba), maka tidak ada artinya puasanya itu, kecuali ia hanya merasakan lapar dan dahaga saja."

Demikianlah, semoga Allah swt. menerima dan melipatgandakan amal ibadah kita, dan semoga Allah swt. memberikan kekuatan di dalam menjalankannya. Salawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad saw. Walhamdulillahirabbil'aalamiin.

Sumber : http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1011:jejak-rasulullah-saw-dalam-menyambut-bulan-suci-ramadhan&catid=15:pengajian&Itemid=63

Rabu, 22 Mei 2013

KISAH SEPIRING NASI dan SEGELAS TEH MANIS YANG LUAR BIASA



"SAYA BELUM MAKAN SEJAK KEMARIN, TAPI SAYA BELUM DAPAT UANG DARI HASIL CARI SAMPAH DAN SAYA TIDAK MAU MINTA, KARENA SAYA BUKAN PENGEMIS" Tutur seorang bapak tua.


Assalamu a'laikum wr wb.
kali ini saya mau share sedikit kisah mengharukan dari seorang kaskuser yang cukup membuat hati saya miris dan berkaca kaca..
silahkan dibaca bagus banget untuk renungan.

Kisah mengharukan tentang kehidupan seorang tukang sampah di Jakarta ini diceritakan oleh seorang kaskuser yang merupakan pegawai kantor di daerah sana. Sang tukang sampah tidak banyak bicara, namun perilaku beliau sungguh menusuk hati kita semua. Derajat moralnya jauh lebih tinggi daripada moral tokoh-tokoh politik negeri ini yang terlibat kasus korupsi. Mari kita simak kisah nyata singkat tentang seorang Tukang Sampah ini.

Barusan ane istirahat makan di kantor ane, kebetulan kantor ane di daerah yang lumayan 'minus' sih gan.. kalo agan-agan yang ada di Jakarta mungkin tau daerah Stasiun Kota kaya gimana. Banyak pengemis, gelandangan dan orang-orang yang tingkat kehidupannya (maaf) dibawah
kesejahteraan.

Sebelum nyari makan, ane beli rokok dulu gan biar tar abis makan ga bingung nyari rokok.. Ane nyalain satu batang.. Sambil nge-rokok ane jalan buat nyari tempat yang enak buat duduk dan makan. sampe akhirnya ane nemu sebuah tempat yang menurut ane enak dan teduh,ane celingukan soalnya
semua tempat duduk uda dipake orang-orang. Di sela-sela celingukan ane, seorang bapak tua bilang ke ane:

"Silakan pak, disini aja duduk sama saya" katanya.. ane iyain aja gan, meskipun rada panas tapi yang ada cuman disitu doang.. Ane perhatiin bapak itu gan, orangnya uda tua banget, kurus, giginya uda ompong,rambutnya uda putih semua, bawa-bawa tas besar ama kresek isinya plastik-plastik gitu. Dimulailah obrolan ane ama bapak
itu gan.

A : Ane, B : Bapak --------------------------------
A: lagi nunggu apa pak?
B: nggak mas, ini cuma duduk-duduk aja abis cari sampah seharian.. capek..
A: Jalan dari jam brapa pak?
B: dari pagi mas, uda lumayan banyak dapetnya ini..
A: oohhh...

Obrolan sempat brenti bentar gan, ane nikmatin rokok, bapaknya ngerapiin plastik2nya gitu.. Sampe pada akhirnya ane liat si Bapak pijet2in kepalanya gitu sambil hela napas panjang..

A: pusing ya pak? siang2 panas gini emang bikin pusing..
B: (ketawa kecil) iya mas.. agak pusing kepala saya..
A: bapak ngerokok? ini kalau bapak mau..
(sambil ane sodorin rokok ane yang tinggal sebatang)
B: nggak mas makasih, saya nggak ngerokok.. sayang uangnya, mending buat makan daripada beli rokok.. lagian ga bagus juga buat badan.
Dalem ati gw rada tertohok juga gan..
A: iya juga sih pak.. (nginjek rokok ane) Abis itu gw denger suara perut gan.. *kruuuuukk*
gitu. Gw spontan noleh ke arah si bapak.

A: Bapak belum makan pak?
B: (senyum) belum mas, aga nanti mungkin..
A: wah, tar tambah pusing pak?
B: iya mas, saya udah biasa kok..
ga lama, kedengeran lagi bunyi perutnya gan..
A: Bapak beneran ga mau makan pak?
B: iya mas,nanti aja...
gw uda ngerasa kalo bapak ini bukannya ga mau makan gan,tapi beliau ga punya uang buat makan..
A: bentar ya pak, saya ke warung dulu pesen makan..
B: oh.. iya mas, silakan..
ane nyamperin tukang nasi padang terdekat, ane pesen buat ane sendiri ama ane inisiatif beliin nasi ma ayam buat si bapak. Selese pesen, ane bawa tu nasi dua piring ke tempat duduk tadi, trus duduk.. Ane mau langsung ngasi tapi kok ane takut kalo bapaknya salah tangkep ato tersinggung gan, jadi ane akting dikit. Ane pura-pura dapet telpon dari temen ane.

A: (pura2 telpon) yaaah? ga jadi kesini? uda gw beliin
nih... ooohh.. gitu... yauda deh gapapa.. *belaga tutup telpon*
A: wah payah nih temen saya,uda dibelikan makanan ternyata ga jadi..
B: (senyum) ya ga papa mas,dibungkus aja nanti bisa dimakan sore..

A: wah, keburu basi pak kalo nanti sore.. dimakan sekarang pasti ga abis.. gimana ya? mmmm... Bapakkan belum makan siang,ini makanan daripada sayang ga ada yang makan gimana kalo bapak aja yang makan pak? nemenin saya makan sekalian pak..
B: waduh mas, saya ga punya uang buat bayarnya..
A: gapapa pak, makan aja.. saya bayarin dah! saya lagi ulang taun hari ini..(bo'ong)
B: wah.. beneran ga papa mas? saya malu..
A: lho? ngapain malu pak? udah bapak makan aja..
B: iya mas, selamat ulang tahun ya mas..
A: iya pak.. bapak mau mesen minum sekalian nggak? saya mau pesen..
B: nggak mas.. nggak usah.. Ane manggil tukang minuman, ane mesen 2 es teh manis..
B: lho mas? saya nggak pesen.
A: iya pak, saya beli dua.. haus banget soalnya..(ane bo'ong lagi gan) Tanpa gw duga gan, si bapak netes aermatanya.. beliau ngucap syukur berkali kali.. beliau ngomong ke ane..
B: mas, saya makasih sudah dibelikan makanan.. saya belum makan dari kemarin sebetulnya. cuma saya malu mas, saya inginnya beli makan sama uang sendiri karena saya bukan pengemis.. saya sebetulnya lapar sekali mas, tapi saya belum dapet uang hasil nyari sampah..

Ane tertegun denger omongan beliau gan, ga sadar ane ikut ngerasa perih banget dalem ati.. nyesek banget dalem ati ane,ane secara ga sadar hampir netesin aermata.. tapi ane berlagak cool..

A: yauda, bapak makan aja nasinya.. nanti kalau kurang saya pesankan lagi ya pak? jangan malu- malu..

B: (masi nangis) iya mas.. makasih banyak ya mas.. nanti yang diatas yang bales..

A: iya pak makasi doanya.. Akhirnya ane makan berdua ama beliau,sambil cerita-cerita.

Dari cerita beliau ane tau kalo beliau punya dua anak, yang atu uda meninggal karena kecelakaan. yang atunya uda pergi dari rumah ga pulang-pulang udah 3tahun. istri beliau uda meninggal kena kanker tahun lalu. dan parahnya lagi rumahnya diambil ama orang kredit gara-gara ga bisa ngelunasin uang pinjaman buat ngobatin istrinya.. Miris banget ane dengerin cerita beliau gan, sebatang kara, ga punya rumah, anaknya durhaka, jarang makan.. malah beliau crita pernah dipalak preman waktu mulung di jakarta..

Rasanya ane beruntung banget ama kondisi ane sekarang, ane nyesel pernah ngeluh tentang kerjaan ane, tentang kondisi kosan ane, dsb.. sedangkan bapak ini dengan kondisi yang serba kekurangan masih selalu tersenyum.. rasanya sepiring nasi padang dan segelas es teh yang ane kasi ga setimpal banget ama pelajaran yang ane dapet.. Tadi ane belum ambil uang, jadi ane cuma ngasi seadanya kembalian dari warung padang ke bapak
itu,itupun pake eyel2an dulu ma bapaknya soalnya beliau ga mau dikasi uang. tapi akhirnya dengan sedikit maksa ane kasi uang ke beliau. ane didoain banyak banget ama bapak tadi..

Dan ada satu hal yang bikin ane tercengang waktu mau ninggalin tempat tadi.. sambil jalan ane noleh ke belakang, si bapak udah ga ada.. ane cariin bentar,ternyata si bapak ada di depan kotak amal masjid masukin duit ke dalem kotakan itu! gw makin tersentuh ma beliau.. di tengah-tengah kesulitan yang beliau alami, beliau masi sempet amal! berbagi dengan orang lain..

Ane mewek gan.. ane ngerasa kecil banget sebagai manusia.. ane ngerasa ditunjukin sesuatu yang bener-bener hebat! Ane berdoa semoga bapak itu dilancarkan segala urusannya, diberi kemudahan dan rejeki berlimpah, dan selalu berada dalam lindungan Tuhan.

Bagi yang punya Perasaan tolong komen nya gan :

sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/518765aadb92481d1700000c/kisah-sepiring-nasi-dan-segelas-teh-manis-yang-luar-biasa/

Rabu, 12 September 2012

Belajar Tinggalkan Perbuatan Maksiat

Assalamu a'laikum Wr Wb.
kali ini saya mau bagi postingan ni, yaitu cara-cara belajar meninggalkan maksiat, mungkin kita kerap kali berbuat kejahatan / maksiat yang sebenarnya hati kita tidak rela untuk melakukan perbuatan tersebut.
Tenang aja,, ada caranya kok, Kita bisa melatih hati kita secara perlahan.
langsung saja lihat ni postingannya :

Meninggalkan maksiat adalah pekerjaan yang tidak ringan. Ia lebih berat daripada mengerjakan taat (menjalankan yang diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya), karena mengerjakan taat disukai oleh setiap orang, tetapi meninggalkan syahwat (maksiat) hanya dapat dilaksanakan oleh para siddiqin (orang-orang yang benar, orang-orang yang terbimbing hatinya). 

Terkait dengan hal tersebut Rasulullah Sallallahu aalaihi wa sallam. bersabda: "Orang yang berhijrah dengan sebenarnya ialah orang yang berhijrah dari kejahatan. Dan mujahid yang sebenarnya ialah orang yang memerangi hawa nafsunya."

Apabila seseorang menjalankan sesuatu tindak maksiat, maka sebenarnya ia melakukan maksiat itu dengan menggunakan anggota badannya. Orang yang seperti ini sejatinya telah menyalahgunakan nikmat anggota tubuh yang telah dianugerahkan Allah pada dirinya. Dalam bahasa lain dapat dikatakan, ia telah berkhianat atas amanah yang telah diberikan kepadanya.

Setiap kita berkuasa penuh atas anggota tubuh kita, pikiran dan jiwa kita. Akan tetapi, terkadang, kita begitu susah menggendalikan apa yang menjadi 'milik kita' itu. Tangan, mata, kaki dan anggota tubuh yang lain, kerap bergerak diluar kendali diri, yang tak jarang bertentangan dengan idealisme atau nilai-nilai keyakinan yang kita anut dan kita yakini. Padahal, rekuk relung kalbu kita bersaksi bahwa semua anggota tubuh itu, kelak akan menjadi saksi atas segala perbuatan kita di Padang Mahsyar.

Firman Allah SWT : "Pada hari ini (Kiamat) Kami tutup mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian lah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan (di dunia dahulu)." (Yassin: 65).

Bagaimana agar kita selamat dari maksiat?
Di bawah ini beberapa ikhtiar, yang bila dijalankan secara sungguh-sungguh, insya Allah membawa faedah.

1. Menjaga Mata

Peliharalah mata dari menyaksikan pemandangan yang diharamkan oleh Allah SWT seperti melihat perempuan yang bukan mahram. Hindari, atau minimal kurangi-- untuk pelan-pelan tinggalkan sejauh-jauhnya-- melihat gambar-gambar yang dapat membangkitkan hawa nafsu. Termasuk menjaga mata, janganlah memandang orang lain dengan pandangan yang rendah(sebelah mata/menghina) dan melihat keaiban orang lain.

2. Menjaga Telinga

Menjaga telinga dari mendengar perkataan yang tidak berguna seperti: ungkapan-ungkapan mesum/kotor/jahat. Poin kesatu dan kedua ini menjadi tidak mudah di saat di mana gosip telah menjadi komuditas ekonomi. Gosip telah menjadi kejahatan berjamaah yang dianggap hal yang lumrah dilakukan, dan wajib ditonton dan disimak. Kehadirannya disokong dana yang tidak sedikit, dimanajeri, ada penulis skenarionya, ada kepala produksinya, ada reporternya dan seterusnya.

Rasulullah S.A.W. bersabda: "Sesungguhnya orang yang mendengar (seseorang yang mengumpat orang lain) adalah bersekutu (di dalam dosa)dengan orang yang berkata itu. Dan dia juga dikira salah seorang daripada dua orang yang mengumpat."

Oleh karenanya, menjaga mata-telinga adalah pekerjaan yang memerlukan energi dan kesungguhan yang kuat dan gigih.

3.Menjaga Lidah

Lidah adalah anggota tubuh tanpa tulang yang kerap mengantarkan pada perkara-perkara besar. Kehancuran rumah tangga, pertengkaran sahabat karib, hingga peperangan antar negara, dapat dipicu dari sepotong daging kecil di celah mulut kita ini.

Rasulullah Saw. bersabda : "Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya." (Riwayat Athabrani dan Al Baihaqi)

Jagalah lidah dari perkara-perkara seperti berbohong, ingkar janji, mengumpat, bertengkar / berdebat / membantah perkataan orang lain, memuji diri sendiri, melaknat(mncela) makhluk Allah, mendoakan celaka bagi orang lain dan bergurau( yang mengandung memperolok atau mengejek) orang lain.

4. Menjaga Perut

Yang hendaknya selalu di ingat: perut kita bukan tong sampah! Input yang masuk ke dalam perut akan berpengaruh langsung/tidak langsung terhadap tingkah laku/sikap/tindakan kita. Karenanya, peliharalah perut dari makanan yang haram atau yang syubahat. Sekalipun halal, hindari memakannya secara berlebihan. Sebab hal itu akan menumpulkan pikiran dan hati nurani. Obesitas (kelebihan berat badan) adalah penyakit modern sebagai akibat lain dari tidak terkontrolnya urusan perut.

5. Menjaga Kemaluan

Kendalikan sekuat daya dorongan melakukan apa-apa yang diharam kan oleh Allah SWT. Firman Allah-Nya:"Dan mereka yang selalu menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau apa-apa yang mereka miliki (daripada hamba jariah) maka mereka tidak tercela." (Al Mukminun: 5-6)

6.Menjaga Dua Tangan

Kendalikan kedua tangan dari melukai seseorang (kecuali dengan cara hak seperti berperang, atau melakukan balasan yang setimpal). Katakan "stop", pada tangan, ketika akan bertindak sesuatu yang diharamkan, atau menyakiti makhluk Allah, atau menulis sesuatu yang diharamkan atau menyakiti perasaan orang lain.

7.Menjaga Dua Kaki

Memelihara kedua kaki dari berjalan ke tempat yang diharamkan atau berjalan menuju kelompok orang atau penguasa yang zalim tanpa ada alasan darurat karena sikap dan tindakan itu dianggap menghormati kezaliman mereka, sedangkan Allah menyuruh kita berpaling dari orang yang zalim.

Firman Allah SWT: "Dan jangan kamu cenderung hati kepada orang yang zalim, nanti kamu akan disentuh oleh api neraka." (Hud: 113)

Pintu-pintu bagi masuknya maksiat terbuka lebar pada ketujuh anggota tubuh di atas. Pun kunci-kuncinya ada dalam genggaman tangan kita untuk membendungnya. Jadi, semua kembali kepada manusianya. Tentu hamba Allah yang cerdik, adalah mereka yang mempergunakan amanah tubuh untuk senantiasa berjalan di atas rel keridhaan-Nya.

Akhirul kalam, ada sebuah hadits Nabi mengatakan, "Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya." (Riwayat Abu Ya'li)

sumber : http://news.gudangmateri.com/2010/10/7-cara-meninggalkan-maksiat.html

Kamis, 15 September 2011


Perihal hubungan seksual (bercinta), Rasulullah SAW memberi petunjuk yang sangat sempurna, beralas etika dan estetika Rabbaniyah (ketuhanan). Bercinta tidak saja untuk menyehatkan jiwa, namun juga memberi kepuasan serta kenikmatan jiwa. Pitutur Rasulullah SAW tentang bercinta (senggama) adalah nasehat paripurna, utamanya demi menjaga kesehatan tubuh, mental, dan spiritual, berikut mewujudkan tujuan bersenggama itu sendiri.Diantara tujuan hubungan seksual menurut ajaran Islam ialah:

1. Melahirkan dan menjaga kelangsungan keturunan. Dengan kelahiran putra-putri buah senggama, nantinya diharapkan akan lahir generasi penerus bagi keluarga dan kommunitas serta kesinambungan suatu bangsa;
2. Mengeluarkan air (sperma) berdampak positif bagi tubuh. Sebab apabila iar sperma dibiarkan mengendap di dalm tubuh tanpa disalurkan ke ladang tempat bercocok tanam (fitrah penyaluran), akan berdampak buruk bagi tubuh maupun mental seseorang;
3. Media untuk menyalurkan hajat, guna merengkuh kenikmatan surga duniawi. Bedanya, bersenggama di dunia bisa melahirkan anak, sedang di surga keabadian tidak akan membuahkan anak, semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan baik, sesuai dengan etika dan estetika, serta aturan luhur yang selaras dengan nilai-niilai ajaran Islam.

Etika Sebelum Bercinta
Ajaran Islam mengajarkan etika senggama, yang harus dipahami setiap Muslim. Ada banyak ayat al-Quaran dan Sunnah Nabi yang menuturkan masalah etika bercinta ini. Karenanya, sebelum bercinta, setiap Muslim harus memperhatikan etika (adab) dan prasyarat bersenggama sebagai berikut:

Pertama, Tidak Menolak Ajakan Bercinta. Secara tabiat maupun fitrah, para lelaki lebih agresif, tidak memiliki energi kesabaran, serta kurang bisa menahan diri dalam urusan making love ini. Sebaliknya, para wanita cenderung bersikap pasif, pemalu, dan kuat menahan diri. Oleh sebab itu, diharuskan bagi wanita menerima dan mematuhi ajakan suami untuk bercinta. Dalam sebuah hadis dituturkan, Rasulullah SAW bersabda: Jika seorang istri dipanggil oleh suaminya karena hajat biologisnya, maka hendaknya segera datang, meski dirinya sedang sibuk (HR Turmudzi). Ajaran Islam tidak membenarkan perilaku para istri yang menolak ajakan suami mereka untuk bercinta. Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda: Allah melaknat wanita yang menunda-nunda, yaitu seorang istri ketika diajak suaminya ke tempat tidur, tetapi ia berkata, ‘nanti dulu’, sehingga suaminya tidur sendirian (HR Khatib). Dalam hadis lain dituturkan: Jika suami mengajak tidur istrinya, lalu sang istri menolak, yang menyebabkan sang suami marah kepadanya, maka malaikat akan melaknat istri tersebut sampai pagi tiba (HR Bukhari dan Muslim).

Ke-2,
Bersih dan Suci. Haid adalah penyakit bulanan yang tidak suci, wanita yang sedang haid berarti tidak suci. Karenanya, para suami yang istri mereka sedang mengalami datang bulan dilarang mensetubuhinya selama waktu haid. Manakala darah haid sudah berhenti, maka wajib bagi wanita membersihkan tubuhnya dengan air. Kemudian mengambil ‘secuil’ kapas atau kain, lalu melumurinya dengan kasturi atau bahan pewangi lainnya yang beraroma semerbak menawan, kemudian membilas bagian tubuh yang terlumuri darah saat haid, sehingga tidak ada lagi bau tak sedap pada tubuh sang wanita. Dalam sebuah riwayat dari Aisyah Ra dituturkan, suatu hari, ada seorang wanita bertanya kepada Rasulullah SAW, tentang cara bersuci (membersihkan diri) sehabis datang bulan. Rasulullah SAW bertutur kepada wanita tersebut: Ambillah bahan pewangi dari kasturi. Bersihkan dirimu dengannya. Wanita itu bertanya: Bagaimana caraku membersihkan tubuh? Rasulullah SAW menjawab: Bersihkan tubuhmu dari noda haid. Wanita itu bertanya lagi: Bagaimana caranya? Rasulullah SAW menjawab: Subhanallah, bersihkan dirimu! Aisyah Ra melanjutkan penuturannya: Aku lantas membisiki wanita itu, ‘Bilas tubuhmu yang terlumuri darah haidmu dengan pewangi kasturi’ (HR Bukhari).

Allah Azza wa Jalla juga menyatakan di dalam firman-Nya, bahwa syarat untuk melakukan hubungan badan ialah harus dalam kondisi suci. Kesucian tubuh dari ‘penyakit’ haid adalah demi mewujudkan seks sehat, sebagaimana firman-Nya: Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah. Haid itu adalah kotoran (penyakit). Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (QS. al-Baqarah/2: 222).


Rasulullah SAW juga mengingatkan kepada para suami, agar tidak menyetubuhi istri mereka dalam keadaan nifas dan haid. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang bersenggama dengan wanita yang sedang haid, atau menyetubuhi wanita dari dubur (lubang anus)-nya, atau mendatangi paranormal (ahli tenung), dan mempercayai ramalannya, Maka sejatinya ia telah kufur (ingkar) dengan apa-apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW (HR Abu Daud). Dalam riwayat lain dituturkan, Rasulullah SAW bersabda: Datangilah istrimu dari arah depan atau dari arah belakang, tetapi awas (jangan menyetubuhi) pada dubur dan (jangan pula) dalam keadaan haid (HR Akhmad dan Tirmidzi). Lain daripada itu, selain harus suci – tidak haid dan nifas – pasangan Muslim harus bersih-bersih diri sebelum bercinta, agar tubuh mereka bersih dan percintaan yang dilakukan sehat.

Ke-3,
 Bercinta Sesuai Aturan Syariat. Salah satu tujuan making love (bercinta) adalah untuk melahirkan keturunan. Dan proses kelahiran hanya terjadi manakala terjadi pembuahan sperma laki-laki dan perempuan dalam rahim. Karenanya, bercinta harus dilakukan dengan cara yang benar, yatitu melalui tempat yang semustinya, bukan melalui anus (dubur) maupun lisan (oral sex) – sebagaimana yang jamak dilakukan orang-orang yang memiliki kelainan seksual, serta orang yang tidak paham niali-nilai agama. Lain daripada itu, bersenggama tidak sesuai aturan sama halnya menafikan kehormatan wanita yang disetubuhinya. Dan cara seperti itu mustahil bisa melahirkan keturunan. Ajaran Islam memberi syarat, bahwa senggama harus ditempatkan pada tempat yang semustinya, yaitu vagina wanita, bukan melalui anus (dubur) atau mulut wanita (seks oral). Sebab percintaan yang dilampiaskan pada tempat selain vagina, mustahil dapat membuahkan keturunan. Oleh sebab itu, Allah Azza wa Jalla berfirman: Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki (QS. al-Baqarah/2: 223).

Ke-4
 Berhias Diri. Diantara syarat bercinta ialah masing-masing pasangan – suami istri – harus berhias diri untuk menyenangkan dan menggairahkan percintaan yang hendak dilakukan. Diantara cara berhias diri dalam bercinta adalah:
1. Mambagusi bagian tubuh, yang merupakan lima organ fitrah, sebagaimana dituturkan Rasulullah SAW: Lima hal yang termasuk fitrah (sesuci), yakni mencukur kumis, mencukur bulu ketiak, memotong kuku, mencukur bulu kemaluan, dan khitan.
2. Menggunakan wewangian, yang paling utama adalah kasturi. Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa tatkala seorang sahabat yang memberitahu Rasulullah SAW tentang adanya seorang wanita yang memerciki cincinnya dengan kasturi, Rasulullah SAW bersabda: Kasturi adalah sebaik-baik wewangian.
3. Memakai celak, dan jenis celak terbaik ialah yang terbuat dari bahan itsmid. Abdullah bin Abbas meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya sebaik-baik celak kalian adalah yang terbuat dari bahan itsmid. Ia dapat menajamkan penglihatan, serta menumbuhkan rambut. Al-Qur’an juga mengisyaratkan anjuran berhias diri bagi kaum wanita, sebagaimana firman-Nya: Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber-’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. (QS. al-Baqarah/2: 234) Sayyid Qutub dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa redaksi al-Qur’an membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut adalah bukti otentik, dibolehkannya bagi kaum wanita untuk berhias diri, hal mana yang demikian itu dilakukan dengan tujuan agar datang lelaki meminangnya.

Ke-5
Berdoa. Diantara etika seks dalam Islam ialah membaca doa sebelum melakukan persetubuhan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas dituturkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Jika salah seorang diantara kalian hendak mencampuri istrinya, maka hendaknya sebelum senggama membaca doa: Bismillah, Allahumma jannibnaa asy-syaithan, wa jannib asy-syaithana ma ruziqnaa (Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah jauhkanlah kami dari Setan. Dan jauhkan setan dari apa-apa yang Engkau karuniakan kepada kami (anak keturunan). Dengan memanjatkan doa, diharapkan anak yang lahir dari buah percintaan tidak goyah diperdaya setan, akan tetapi serta selalu dekat kepada Allah.

Ke-6
 Mencari tempat bercinta yang nyaman dan merahasiakan apa yang terjadi diantara suami istri pada waktu bercinta. Diantara syarat bercinta dalam Islam ialah mencari tempat yang nyaman dan merahasiakan apa yang terjadi pada saat bercinta, baik istri maupun suami, tidak diperkenankan menceritakan ‘geliat’ percintaan yang dilakukannya kepada orang lain.

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Said Khudri, ia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda: Selazimnya bagi kaum lelaki diantara kalian yang hendak memenuhi hajat biologisnya, mencari tempat yang nayaman, jauh dari hiruk pikuk keluarganya, dan menutup pintu rapat-rapat, serta mengenakan sehelai kain, barulah bercinta (bersetubuh). Kemudian apabila telah selesai bercinta, hendaknya tidak menceritakan hubungan badannya kepada orang lain. Selazimnya bagi kaum wanita diantara kalian, yang hendak memenuhi hajat biologis, mencari tempat yang nyaman, menutup pintu rapat-rapat, dan mengenakan sehelai kain untuk menutup tubuhnya. Dan jika selesai memuaskan dahaga cinta, hendaknya tidak menceritakan hubungan intimnya kepada yang lain. Salah seorang wanita berujar: Demi Allah, wahai utusan Allah, kebanyakan daripada kaum wanita menceritakan apa yang mereka alami saat senggama kepada yang lain, serta jamak melakukan percintaan di tempat terbuka. Rasulullah SAW berkata tegas. Janganlah kalian melakukan hal seperti itu – menceritakan sesuatu saat senggama dan bersetubuh di tempat terbuka, serta bertelanjang bulat. Sebab perbuatan seperti itu, sama persisnya dengan perbuatan setan pria bertemu dengan setan wanita di tengah jalan, lalu bersetubuh di tempat terbuka, setelah setan pria selesai melampiaskan dahaga seksnya, lantas meninggalkan si wanita begitu saja. Rasulullah SAW juga meyerukan untuk mengenakan kain saat bercinta, sebagaimana sabdanya: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah maha lembut, maha malu, maha menutup diri. Dia mencintai rasa malu dan menutup aurat. Menutup aurat, tidak saja dalam ‘laku’ kehidupan di ruang publik, tetapi juga saat bercinta.

Ke-7
 Tidak bercinta saat melakukan iktikaf atau sedang dalam kondisi berihram. Orang yang sedang menjalankan iktikaf di masjid tidak boleh bersenggama, demikian pula orang yang sedang berihram, juga tidak boleh bercampur dengan pasangannya, sebagaimana diwartakan al-Qur’an: Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka jangnlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa (QS. al-Baqarah/2: 187). Usman bin Affan meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bertutur: Orang yang sedang melaksanakan ibadah Ihram tidak boleh bersenggama, maupun menikah atau melamar (HR Muslim). Dalam riwayat Turmudzi disebut dengan redaksi: Saat berihram dilarang bersetubuh.

Ke-8
tidak bercinta dengan istri yang sedang datang bulan (haid). Ajaran Islam melarang pasangan suami istri bercinta saat sang istri sedang datang bulan. Sebab haid adalah penyakit, dikhawatirkan bayi yang lahir dari buah senggama pada kondisi seperti itu akan tidak sempurna (cacat). Allah menjelaskan dalam al-Qur’an: Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereke, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan meyukai orang-orang yang mensucikan diri (QS. al-Baqarah/2: 222). Ajaran Islam juga melarang suami menggauli istrinya ketika dalam keadaan nifas – usai melahirkan. Alasannya jelas, bahwa bercinta dalam ajaran Islam adalah termasuk laku ibadah, karenanya harus dilakukan pada waktu kondisi baik.

Ke - 9
memperhatikan kondisi fisik. Waktu yang paling tepat untuk melakukan hubungan badan adalah saat kondisi fisik dalam keadaan fit (segar bugar), yakni pencernaan makanan lancar, tensi tubuh seimbang antara panas dan dingin, kondisi perut tidak kenyang dan tidak lapar. Sebab bersenggama dalam keadaan tubuh tidak fit, pencernaan makanan tidak lancar, tensi tubuh terlalu panas maupun terlalu dingin, perut terlalu lapar maupun kenyang, akan membuat hububgan badan kehilangan maknanya, dan tidak bisa dinikmati bahkan melahirkan madharat (mara bahaya). Bersenggama dalam keadaan perut lapar lebih berbahaya ketimbang perut dalam keadaan kenyang. Lain daripada itu, tidak akan bisa merengkuhi nikmat senggama, lebih-lebih memberi kepuasan seksual kepada pasangan hidup. Rasulullah SAW bersabda: Jika seseorang diantara kamu bersenggama dengan istrinya, hendaklah ia lakukan dengan penuh kesungguhan. Kemudian, kalau ia telah menyelesaikan kebutuhannya sebelum istri mendapatkan kepuasan, maka janganlah ia buru-buru mencabut (kemaluannya), sampai istrinya menemukan kepuasan (HR Abdul Razaq).

Selasa, 19 April 2011

Hukum Orang yang Pergi ke Dukun atau Peramal



Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya: Apa hukum orang yg datang kepada dukun, peramal / penyihir utk berobat apapun jenisnya?

Jawaban
Pergi kepada dukun / peramal tdk boleh & bila mempercayainya, lebih besar lagi dosanya, berdasarkan sabdanya Shallallahu &'alaihi wa sallam.

&"Artinya: Barangsiapa mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tdk diterima shalatnya selama 40 hari&". (Hadits Riwayat Muslim no, 2230, kitab As-Salam, & Ahmad no. 22711)

Dalil lainnya, hadits shahih dari beliau Shallallahu &'alaihi wa sallam dalam Muslim, dari hadits Mu&'awiyah bin Al-Hakam As-Sulami, yg melarang mendatangi para dukun.

Dalil lainnya, hadits yg diriwayatkan para penulis As-Sunan & Al-Hakim dari Nabi Shallallahu &'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.

&"Artinya: Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yg dikatakannya, maka ia telah kafir dg apa yg diturunkan kepada Muhammad&".

Dan hadits-hadits lainnya dalam bab ini.

Billahit Taufiq. Semoga shalawat & salam senantiasa Allah limpahkan atas Nabi kita Muhammad, keluarganya & para sahabatnya.

(Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyah, Vol. 21, hal.51 Al-Lajnah Ad-Daimah)

DIHARAMKAN PERGI KEPADA ORANG YANG MEMINTA BANTUAN KEPADA SELAIN ALLAH UNTUK KESEMBUHAN

Penulis: Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta. & diterbitkan oleh almanhaj.or.id

Tips menghadapi Ujian (UN)

Tips Sukses Menghadapi UN
by : Pak Nerru Pranuta M S.Si.

1. Berdoalah pada Tuhan

Adalah sombong yang beranggapan bahwa keberhasilan kita semata-mata usaha dan kerja keras kita sendiri tanpa keikutsertaan Sang Pencipta. Untuk itu dengan segala kerendahan diri dan hati di hadapan-Nya, kita panjatkan doa agar diberi kelulusan, kesehatan dan kemudahan dalam menghadapi ujian nanti. Tuhan Mahatahu dan tentu akan mendengarkan dan mengabulkan doa hamba-hambanya.

2. Hadapilah ujian dengan tenang dan proporsional



Hadapilah ujian ini dengan sikap yang tenang dan proporsional bahwa ujian sebagai sesuatu yang harus dihadapi, dilalui. Sikap tenang akan memungkinkan kita menyusun rencana menentukan strategi dan menjalaninya dengan senang.





3. Bersikaplah proaktif

Proaktif adalah suatu sikap yang beranggapan bahwa kita sendirilah yang menentukan keberhasilan dan kegagalan dalam hidup ini, termasuk dalam menghadapi UAN. Yakinlah bahwa kerja keras dan usaha keras yang kita lakukan akan membuahkan hasil. Dalam menyikapi standar minimal 5,25 justru yang terbaik adalah kita sendiri membuat patokan standar nilai minimal. Misalnya, menargetkan 7,01 atau 8,01 sehingga yang muncul adalah tantangan bukan beban.

4. Buatlah rencana

Menghadapi ujian dapat diibaratkan sebagai perjalanan menuju sukses. Sebagaimana perjalanan sukses, sudah sepatutnya kita membuat perencanaan. Dari sekian banyak bahan pelajaran yang harus dipelajari dipilah-pilah antara bahan UAN dari pusat dengan bahan ujian dari sekolah. Antara bahan kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga, pelajaran hitungan dan hafalan, sehingga dapat dipelajari dengan teratur dan sistematis. Model belajar semacam itu dapat meringankan dan lebih mengefektifkan cara kerja otak.

5. Perbanyaklah baca dan latihan soal

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh lembaga bimbingan belajar adalah para siswa banyak berlatih memecahkan soal-soal dengan cepat. Kita dihadapkan pada soal-soal yang harus dijawab dan dipecahkan dengan tepat. Dengan sering kita berlatih maka kita terbiasa dan terlatih, sehingga tidak cemas atau grogi dalam menghadapi soal (ujian).

6. Belajar kelompok

Belajar kelompok merupakan salah satu cara yang dapat dipakai para siswa untuk berbagi dengan teman yang lain dalam memecahkan soal dan saling menguatkan motivasi belajar dan prestasi. Para siswa daripada banyak bermain dan membuang-buang waktu dengan percuma, manfaatkanlah dengan cara belajar berkelompok dengan teman di sekolah atau di sekitar tempat tinggal kita.

7. Efektifkan belajar di sekolah

Masih terdapat siswa yang datang ke sekolah dan hadir di kelas dengan alakadarnya atau sekadar hadir, tidak mengoptimalisasikan semua potensi dirinya untuk meraih hasil terbaik dalam daya serap materi maupun prestasinya. Padahal jika dimaksimalkan, niscaya hasilnya akan lebih bagus walaupun tidak ditambah dengan les-les yang lain di luar jam sekolah. Pada umumnya, para siswa kurang menggunakan kemampuan nalarnya dalam belajar, baru sebatas menghafal. Siswa juga masih kurang untuk bertanya, berdialog bahkan berdebat dengan gurunya. Padahal kemampuan bertanya salah satu upaya untuk memperkuat pemahamaman atau pengertian dan keterampilan belajar.

8. Mohon doa restu dari orang tua

Yakinlah bahwa jika kita lulus maka orang tua kita akan senang dan bangga. Jadikanlah perjuangan menghadapi UAN 2004 sebagai ajang untuk mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua kita tercinta. Mohon doa restulah pada orang tua agar kita diberi kemudahan dan kelancaran. Kedua orang tua kita akan dengan senang mendoakan putra-putrinya yang sedang berjuang menghadapi UAN.

9. Rajin Bertanya

Rajin-rajinlah bertanya, karena dengan bertanya kita dapat mengetahui apa yang sebelumnya tidak kita ketahui. Jika ada kata/kalimat yang tidak kita ketahui di dalam buku yang kita pelajari, maka sangat dianjurkan untuk bertanya pada ahlinya, baik itu guru, orang tua, maupun kakak kita. Ketika di sekolah, jika ada penjelasan guru yang tidak kita mengerti maka bertanyalah. Jangan takut bertanya ! Karena kemungkinan masih banyak teman sekelasmu yang juga tidak mengerti penjelasan guru tersebut, hanya saja mereka malu bertanya.
Kalau tidak pernah bertanya, kita tidak akan tahu sampai kapanpun.
Ingat, “Malu bertanya, sesat di jalan”.

Macam - macam Dosa Besar

Tujuh Macam Dosa Besar

Rasulullah Saw. bersabda :

اِجْتَنِبُواالسَّبْعَ الْمُوْ بِقَاتِ اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِىْ حَرَّمَ اللهُ اِلاَّ بِالْحَقِّ وَاٰكِلُ الرِّبَا وَاٰكِلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَ لِّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْ فَ الْمُحْصَنَا تِ الْغَا فِلاَ تِ الْمُؤْ مِنَا تِ. ﴿ رواه البخار ى و مسلم. ﴾
Artinya :
Jauhilah tujuh macam dosa yang bertingkat - tingkat (besar), diantaranya ialah :
1. Mempersekutukan Allah
2. Sihir
3. Membunuh diri yang diharamkan Allah kecuali dengan hak.
4. Makan harta riba
5. Makan harta anak yatim
6. Lari dari peperangan
7. Menuduh wanita yang berimana yang tidah tahu menahu dengna perbuatan buruk dengan apa yang difitnakan kepadanya.
(HR Bukhari dan Muslim)

Seorang ulama’ Ahlul Bait Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Shadiq merinci dasa-dosa besar sebagai berikut:

a. Pertama syirik kepada Allah swt. Tentang hal ini Allah swt berfirman, yang artinya :
“Sesungguhnya, A/lah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dike­ hendaki-Nya”
(an Nisaa’:4S)
“… Sesungguhnya, orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga (al-Maa’idah:72)”

b. Keduaadalah ber­putus asa dari mendapatkan rahmat Allah swt. Allah swt berfirman mengenai hal ini
“… Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. ‘ (Yusuf: 87)”

c. Ketigaadalah merasa aman dari ancaman Allah swr. Allah swt berfirman tentang hal ini,
“… Tiadalah yang merasa aman dari azab A/lah kecua/i orang-orang yang merugi. ‘(al-A’raaf: 99)”

d. Keempat adalah berbuat durhaka kepada kedua orang tua. Karena,Allah swr menyifati orang yang berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy ‘orang yang sombong lagi celaka’. Tentang hal ini Allah swt berfirrnan,
“‘Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. ‘(Maryam: 32)”

e. Kelimaadalah membunuh. Tentang hal ini Allah swt berfirman,
“‘Dan, barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya…….. ‘(an-Nisaa’: 93)”
f. Keenam adalah menuduh wanita baik-baik berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“‘Sesunggubnya, orang-orangyang menudub wanita-wanita yang baik-­baik, yang lengab lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akbirat, dan bagi mereka azab yang besar.’ (an-Nuur: 23)

g. Ketujuh adalah memakan riba. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
““Orang-orangyang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri mela­inkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila ‘(al-Baqarah: 275)”

h. Kedelapanadalah lari dari medan pertempuran. Maksudnya, saat kaum muslimin diserang oleh musuh mereka, dan kaum muslimin maju mempertahankan diri dari serangan musuh itu, kemudian ada seorang muslim yang melarikan diri dari pertempuran itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“‘Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau bendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesunggubnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allab, dan tempatnya ialah neraka jabannam. Dan, amat buruklab tempat kembalinya. ‘(al-Anfaal: 16)”

i. Kesembilanadalah memakan harta anak yatim. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“‘Sesunggubnya, orang-orangyang memakan barta anakyatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenub perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). ‘(an-Nisaa ‘: 10)”

j. Kesepuluhadalah berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada bari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu… ‘(al-Furqaan: 68-69)”

Tentang menyembunyikan persaksian, adalah seperti difirmannkan oleh Allah SWT,
“Dan janganlab kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan, barangsiapa yang menyembunyikannya maka sesunggubnya ia ada­lab orang yang berdosa batinya‘
(al-Baqarah: 283)”
k. Kesebelas adalah sumpah palsu, yaitu jika seseorang ber­sumpah untuk melakukan sesuatu perbuatan, namun ternyata ia tidak mela­kukan perbuatan itu. Atau, ia bersumpah tidak akan me1akukan sesuatu perbuatan, namun nyatanya ia kemudian me1akukan perbuatan itu. Tentang ha.l ini Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya, orang-orang yang menukar janji( nya ckngan) Allah dan sumpah-sumpah mereka ckngan harga yang sedikit, mereka itu tidak rnendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada han kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yangpedih. ‘ (Ali Imran: 77)”

l. Kedua belas adalah berbuat khianat (curang) atas harta ram­pasan perang. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“Barangsiapa yang berkhianat (curang) clalam urusan rampasan perang itu, maka pada han kiamat ia akan clatang membawa apa yang dikhianatkannya itu ‘(Ali Imran: 161)”

m. Ketigabelas adalah meminum khamar (minuman keras). Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya (meminum) khamar, ber1judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan Maka,jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu men­dapat keberuntungan (al-Maa ‘idah: 90)”

n. Keempat belas adalah meninggalkan shalat. Tentang hal ini Al­lah SWT berfirman,
“ Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?’ Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (al-Muddatstsir: 42-43)

o. Kelima belas adalah melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi. Karena, tali silaturahmi adalah salah satu ikatan yang dipe­rintahkan oleh Allah SWT untuk disambung. Tentang hal iniAllah SWT ber­firman,
“(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah per­janjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkanAllah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. ‘(al-Baqarah: 27)”

Dengan demikian, semua perbuatan dosa tadi adalah bagian dari dosa besar, sesuai dengan keterangan nash Al-Qur’an. Dan, masing-masing dosa besar tadi mengandung hikmah, seperti yang diungkapkan oleh Ja’far Shadiq Saat ia ditanya oleh Ibnu Ubaid tentang apa itu dosa besar, Ja’farShadiq dengan percaya diri menjawabnya dengan urutan seperti tadi. Penyebutan urutan tadi pun diungkapkannya dengan tanpa perlu berpikir lama, yang menunjukkan bahwa masa1ah ini te1ah tertanam dalam otaknya, apalagi jika disadari bahwa ayat-ayat itu terdapat secara acak dalam pelbagai surah dalam A Qur’an. Sehingga, untukmenyebutkannya ia harus mengutip dan mengtip dan mengumpulkannya dari sana-sini. Hal ini juga menunjukkan bahwa ia benar-benar te1ah mendalami rahasia-rahasia kandungan Al-Qur’ an.

Sabtu, 26 Maret 2011

Pengertian Solat Tahajjud

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Shalat Tahajjud (Qiyaamul Lail) adalah shalat sunnah yang dilakukan seseorang setelah ia bangun dari tidurnya di malam hari meskipun tidurnya hanya sebentar. Sangat ditekankan apabila shalat ini dilakukan pada sepertiga malam yang terakhir karena pada saat itulah waktu dikabulkannya do’a.

Hukum shalat Tahajjud adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan). Shalat sunnah ini telah tetap berdasarkan dalil dari Al-Qur-an, Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ijma’ kaum Muslimin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." [Adz-Dzaariyaat: 17-18]

Allah Ta’ala berfirman.

"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." [As-Sajdah: 16-17]

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman.

"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya?..." [Az-Zumar: 9]

Dan Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman.

"Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjud-lah kamu...." [Al-Israa’: 79]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Shalat yang paling utama setelah shalat yang fardhu adalah shalat di waktu tengah malam.” [1]

Keistimewaan Shalat Tahajjud
Shalat Tahajjud memiliki sekian banyak keutamaan dan keistimewaan sehingga seorang penuntut ilmu sangat ditekankan untuk mengerjakannya. Di antara keistimewaannya adalah.

[1]. Shalat Tahajjud adalah sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Sebaik-baik puasa setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat yang fardhu adalah shalat malam.” [2]

[2]. Shalat Tahajjud merupakan kemuliaan bagi seorang Mukmin.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Malaikat Jibril mendatangiku, lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, hiduplah sekehendakmu karena kamu akan mati, cintailah seseorang sekehendakmu karena kamu akan berpisah dengannya, dan beramallah sekehendakmu karena kamu akan diberi balasan, dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang Mukmin itu ada pada shalat malamnya dan tidak merasa butuh terhadap manusia.” [3]

[3]. Kebiasaan orang yang shalih.
[4]. Pendekatan diri kepada Allah Ta’ala.
[5]. Menjauhkan dosa.
[6]. Penghapus kesalahan.

Keempat keutamaan ini (poin 3-6) terangkum dalam sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

"Hendaklah kalian melakukan shalat malam karena ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, ia sebagai amal taqarrub bagi kalian kepada Allah, menjauhkan dosa, dan penghapus kesalahan.” [4]

[7]. Shalat malam adalah wasiat yang pertama kali Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sampaikan kepada penduduk Madinah ketika beliau memasukinya. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan shalatlah di malam hari ketika orang lain sedang tidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.” [5]

[8]. Shalat malam sebagai sebab diangkatnya derajat seseorang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ketika ditanya tentang tingkatan dalam derajat.

"Memberi makan, ucapan yang santun, dan shalat di malam hari ketika orang lain tidur.” [6]

[9]. Dapat menguatkan hafalan Al-Qur-an, membantu bangun untuk shalat Shubuh, mencontoh generasi terdahulu, dan lainnya.

Shalat Tahajjud Rasulullah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan shalat Tahajjud, baik ketika beliau sedang mukim maupun sedang safar. ‘Aisyah radhiyaallahu ‘anha pernah berkata, “Apabila Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat (malam), beliau berdiri hingga telapak kakinya merekah.” Lalu ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata, “Kenapa engkau melakukan semua ini. Padahal Allah Ta’ala telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Lalu beliau menjawab.

“Wahai ‘Aisyah, apakah tidak layak aku menjadi hamba yang banyak bersyukur.” [7]

Shalat Tahajjud Para Salafush Shalih
Diriwayatkan dari Abu Qatadah (wafat th. 54 H) radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar pada suatu malam, tiba-tiba beliau bertemu dengan Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu yang sedang mengerjakan shalat dengan melirihkan suaranya.” Abu Qatadah berkata, “Kemudian beliau bertemu dengan ‘Umar yang sedang mengerjakan shalat dengan mengeraskan suaranya. “ Abu Qatadah berkata, “Tatkala keduanya berkumpul di sisi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata kepada keduanya, ‘Wahai Abu Bakar, aku telah melewatimu ketika engkau sedang shalat dan engkau melirihkan suaramu.’ Abu Bakar berkata, ‘Sesungguhnya aku telah memperdengarkan kepada Rabb yang aku bermunajat kepada-Nya, wahai Rasulullah.’” Abu Qatadah berkata, “Kemudian beliau bertanya kepada ‘Umar, ‘Aku telah melewatimu, ketika itu engkau sedang mengerjakan shalat dengan mengeraskan suaramu.’” Abu Qatadah berkata, “Lalu ‘Umar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, aku telah membangunkan orang-orang yang sedang tidur terlelap dan mengusir syaitan.’ Lalu Nabi bersabda, ‘Wahai Abu Bakar, keraskan suaramu sedikit.’ Dan berkata kepada ‘Umar, ‘Wahai ‘Umar, lirihkan suaramu sedikit."[8]

Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam (wafat th. 136 H) rahimahullaah bahwa ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu melakukan shalat malam dalam waktu yang cukup lama hingga di akhir malam beliau membangunkan keluarganya untuk melakukan shalat. Beliau berkata, “Shalatlah kalian! Shalatlah kalian!” Kemudian beliau membaca ayat berikut

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.' [Thaahaa: 132]” [9]

Diriwayatkan dari Ibnu Sirin rahimahullaah, ia berkata, “Isteri ‘Utsman berkata ketika beliau terbunuh, ‘Sungguh kalian telah membunuhnya. Sesungguhnya ia itu (‘Utsman bin ‘Affan, wafat th. 35 H) selalu menghidupkan malamnya dengan Al-Qur-an (dalam shalat malam).’” [10]

Diriwayatkan bahwa Dhirar bin Dhamrah al-Kinani rahimahullaah menyifati ‘Ali bin ‘Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu ketika ia dipanggil oleh Amirul Mukminin Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhuma, ia mengatakan, “Beliau (‘Ali) tidak merasa gembira dengan dunia dan gemerlapnya dan beliau merasa gembira dengan malam dan kegelapannya. Aku bersaksi kepada Allah, sesungguhnya aku pernah melihatnya pada beberapa kesempatan ketika malam telah gelap dan bintang telah tenggelam, beliau telah berdiri miring di tempat shalatnya sambil meraba jenggotnya dan menangis seperti orang yang ditimpa kesedihan. Maka seakan-akan aku mendengarnya mengatakan, ‘Wahai Rabb, wahai Rabb,’ dengan penuh permohonan kepada-Nya.” [11]

Abu ‘Utsman an-Nahdi rahimahullaah mengatakan, “Aku pernah bertamu pada Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu selama tujuh hari. Ternyata dia, isterinya, dan pembantunya membagi malam menjadi tiga. Apabila yang satu telah shalat, lalu membangunkan yang lain.” [12]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda mengenai diri ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma.

"Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah, seandainya ia mau shalat malam.” [13]

Sesudah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian, ia tidak banyak tidur di waktu malam. Sebagian besar malamnya ia pergunakan untuk shalat dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala. Terkadang ia melakukannya hingga menjelang sahur. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada isteri beliau, Hafshah, “Sesungguhnya saudaramu (Ibnu ‘Umar) seorang yang shalih.” [14]

Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma mengatakan, “Aku pernah shalat (malam) di belakang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di akhir malam, lalu beliau mengarahkan diriku sejajar dengannya. Tatkala selesai aku berkata, “Apakah pantas bagi seseorang jika ia melakukan shalat sejajar denganmu, padahal engkau adalah utusan Allah.’ Lalu beliau berdo’a kepada Allah agar Dia memberikan kepadaku tambahan pemahaman dan ilmu.” [15]

Mengenai firman Allah Ta’ala, “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” Al-Hasan al-Bashri rahimahullaah berkata, “Mereka hanya sebentar tidur di waktu malam.” Dan mengenai firman-Nya, “Dan di akhir malam mereka memohon ampun.” [Adz-Dzaariyaat: 17-18] Al-Hasan berkata, “Mereka memanjangkan shalat hingga waktu sahur, kemudian mereka berdo’a dan merendahkan diri.” [16]

‘Ali bin al-Husain bin Syaqiq rahimahullaah mengatakan, “Tidak pernah kulihat orang yang lebih pas bacaanya daripada Ibnul Mubarak. Tidak ada yang lebih baik bacaannya dan lebih banyak shalatnya daripada dia. Dia shalat disepanjang malam, baik dalam perjalanan (safar) maupun yang lainnya. Dia mentartilkan bacaan dan memanjangkannya, dia sengaja meninggalkan tidur agar orang lain tidak mengetahuinya saat ia shalat.” [17]

Yahya bin Ma’in rahimahullaah mengatakan, “Aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih utama daripada Waki’ bin al-Jarrah rahimahullaah, dia tekun melakukan shalat, menghafalkan banyak hadits, sering shalat malam, dan banyak berpuasa.” Puteranya, Ibrahim, berkata, “Ayahku shalat malam dan semua penghuni rumah, sampai pembantu kami, juga ikut shalat.” [18]

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
__________
Foote Notes
[1]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1163 (203)), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 1163 (203)), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
[3] Hadits hasan: Diriwayatkan oleh al-Hakim (IV/325), dishahihkannya dan disepakati adz-Dzahabi, sanadnya dihasankan oleh al-Mundziri dalam at-Targhiib wat Tarhiib (I/640). Beliau menisbatkan hadits ini kepada ath-Thabrani dalam al-Ausath, dan Imam al-Haitsami memberi isyarat tetapnya sanad ini dalam kitabnya Majma’uz Zawaa-id (II/253) dan menisbatkannya kepada ath-Thabrani dalam al-Ausath. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahiihah (no. 831) dan beliau menyebutkan tiga jalan periwayatan: dari ‘Ali, Sahl, dan Jabir radhiyallaahu ‘anhum.
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi (no. 3549), al-Hakim (I/308), dan al-Baihaqi (II/502), lafazh ini milik al-Hakim, dari Shahabat Abu Umamah al-Bahili radhiyallaahu ‘anhu.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (V/451), at-Tirmidzi (no. 2485), Ibnu Majah (no. 1334, 3251), al-Hakim (III/13), ad-Darimi (I/340), dan selainnya, dari Shahabat ‘Abdullah bin Salam radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 569).
[6]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (V/243), at-Tirmidzi (no. 3235), dan al-Hakim (I/521), dari Shahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Shahiih Sunan at-Tirmidzi (III/99, no. 2582).
[7]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 4837) dan Muslim (no. 2820), lafazh ini milik Muslim
[8]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1329), at-Tirmidzi (no. 447), dan al-Hakim (I/310), lafazh ini milik Abu Dawud.
[9]. Muwaththa’ Imam Malik (I/117, no. 5), Tafsiir ath-Thabari (III/840, no. 24461), dan Tafsiir Ibni Katsir (III/189).
[10]. Kitab az-Zuhd (no. 671), karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaah.
[11]. Hilyatul Auliyaa’ (I/126, no. 261).
[12]. Al-Ishaabah fii Tamyiizish Shahaabah (IV/209).
[13]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 1122, 1157), Muslim (no. 2479), Ahmad (II/146), dan ad-Darimi (II/127).
[14]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2478) dan at-Tirmidzi (no. 3825).
[15]. Siyar A’laamin Nubalaa’ (III/338).
[16]. Kitab az-Zuhd (no. 1487), karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaah.
[17]. Kitaab Jarh wat Ta’diil (I/266).
[18]. Shifatush Shafwah (II/723, no. 453).

Kamis, 17 Maret 2011

Kewajiban Seorang Muslim Kepada Allah swt.

Ada beberapa hal yang menghalangi seseorang mengenal Allah, diantaranya:

1. Bersandar kepada panca indra
Firman Allah:
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata:"Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. (QS. 2:55)

Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu, mereka berkata:"Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami maafkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata. (QS. 4:153)

2. Mereka tidak beriman kepada Allah dengan dalih tidak bisa melihat Allah.
Padahal banyak sesuatu yang tidak bisa mereka lihat tapi rnereka meyakini akan keberadaannya, seperti: gaya gravitasi bumi, arus listrik, akal pikiran dsb.

3. Kesombongan
Aku memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak berfirman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tak mau menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (QS. 7:146)

4. Lengah
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). (QS. 21:1)
Tidak datang kepada mereka suatu ayat al-Qur'an pun yang baru (diturunkan) dari Rabb mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (QS. 21:2)
(lagi)hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya" (QS. 21:3)

5. Bodoh
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. 2:188)

6. Ragu-ragu
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka datang sesuatu mu'jizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah:"Sesungguhnya mu'jizat-mu'jizat itu hanya berada di sisi Allah". Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mu'jizat datang mereka tidak akan beriman. (QS. 6:109)

Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS. 6:110)

7. Taqlid
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kamu dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuki (QS. 5:104)

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berata:"Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (QS. 43:23)

Kewajiban Muslim Kepada Allah SWT :

1.Mengerjakan rukun Islam yang lima

2.Menerima ketentuan Allah dengan Ridha

baik ketentuan yang bersifat kauni (Qadha& Qadar) (2:156) atau ketentuan hukum-hukum/undang-undang (4:65)

3.Ikhlas

Firman Allah:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. 98:5)
Ayat lainnya: QS. 39:2-3

4.Sabar
Firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. 3:200)

5.Selalu merasakan bahwa Allah mengawasinya (Muraqabatullah)
Firman Allah:
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. 2:235)
Ayat lainnya: QS. 33:52; 50:18

6.Mencintai Allah dan Rasul-Nya
Firman Allah:
Katakanlah:"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. 9:24)

7.Waro’

8.Mengharapkan rahmat-Nya (Roja’)
Firman Allah:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 2:218)

9.Tawakal
Firman Allah:
Mengapa kami tidak bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri" (QS. 14:12)

10.Percaya (yakin) akan pertolongan Allah
Firman Allah:
Musa menjawab:"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (QS. 26:62)

11.Selalu menyertakan niat jihad dalam segala aktivitas perbuatan
Sabda Rasulullah SAW:
“Tidak ada hijrah setelah pembebasan Mekah tetapi niat dan jihad”

12.Selalu memperbaharui taubat dan istighfar
Firman Allah:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. 3:185)

13.Mempersiapkan diri untuk hari akhirat dan selalu mengingat mati
(QS. 3:185)

14.Selalu menginstropeksi diri
Umar RA berkata : “hisablah dirimu sebelum engkau dihisab”
Postingan Yang Berhubungan

Anjuran dan Manfaat Silaturahmi

BERSILATURRAHMI itu termasuk amalan mulia yang berpahala besar. Ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada sesama manusia, tetapi juga pada dunia fauna dan flora serta mahluk jin. Hanya dengan syaitan kita tidak boleh bersililaturrahmi. Bahkan terhadap orang-orang muslim yang sudah wafat pun, Rasulullah SAW tetap menyuruh kita untuk terus menjalin silaturrahmi, yaitu dengan menziarahi kuburannya, mendoakannya dan atau berbuat baik kepada teman-teman dekat mereka yang masih hidup. "Ziarah kubur adalah Sunnah Rasulullah SAW. Ziarah juga adalah cara kita untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita," demikian antara lain tulis K.H.Dr. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya "Memaknai Kematian". Al Quran mencontohkan diantara doa untuk mereka : "Tuhanku ampunilah orang-orang yang telah mendahului kami dalam keimanan" (QS.Al Hasyr : 10).

Allah SWT berfirman : "Dan sesungguhnya pada kehidupan hewan itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu". (QS.An-Nahl (16) : 66). Dalam hal bersilaturrahmi misalnya kita bisa mencontoh semut dan lebah. Semut binatang kecil pemakan gula tapi tidak pernah sakit gula (diabetes). Resepnya, pertama karena semut senang bersilaturrahmi. Tengoklah setiap berpapasan antara sesama semut sejenis mereka saling "bersalaman" yang terlihat dari kedua kepalanya saling ketemu. Kedua, bila seekor semut menemukan rezeki, mereka tidak mau makan sendiri tapi memberi tahu semut-semut lainnya. Setelah berkumpul, baru makanan itu mereka bawa kesatu tempat dan dinikmati bersama. Demikian juga lebah. "Lebah sangat disiplin dan mengenal pembagian kerja yang sangat baik. Sarangnya dibangun berbentuk segi enam, yang telah terbukti sangat ekonomis dan kuat dibandingkan bila segi empat atau lima". Antara tulis Ir. Permadi Alibasyah dalam bukunya "Bahan Renungan Kalbu". Menurut penyelidikan setiap sarang lebah dihuni oleh kurang lebih 90.000 ekor lebah. Karena masing-masing mentaati aturan mereka bisa hidup rukun dan tidak pernah terjadi perkelahian.

Menurut penelitian yang diadakan di kota Kopenhagen, Denmark, bahwa terhadap tanaman yang disantuni : "Dipuji, diajak bicara, dielus-elus, dirawat, tumbuhnya lebih subur dan buahnya lebih lebat, dibandingkan dengan tanaman yang dicuekin."

Di Australia juga pernah dibuktikan, bahwa seekor sapi yang diperah susunya dengan menggunakan tangan si peternak (diperah secara manual) ternyata lebih banyak mengeluarkan air susu dibanding dengan sapi yang diperah dengan menggunakan mesin pemerah susu.

Seorang dokter hewan di Eropa pernah melakukan penelitian terhadap 2 ekor anjing yang sama-sama tertabrak mobil. Kepada anjing yang satu diberi obat-obatan dan ruangan yang memadai, namun selama pengobatan anjing itu tidak pernah dielus-elus atau mendapatkan sentuhan langsung dari dokter yang merawatnya. Sedangkan anjing yang satu lagi diberi obat-obatan dan ruangan yang juga memadai, tetapi setiap hari sang dokter selalu mengelus-elus. membelai dan "berbicara" kepada anjing tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa anjing yang mendapat sentuhan kasih sayang - di elus-elus, dibelai dan diajak bicara - ternyata lebih cepat sembuh daripada anjing yang tidak mendapat sentuhan kasih sayang (Buku Half Pull - Half Empty oleh Parlindungan Marpaung).

Peristiwa ini terjadi dalam tahun 1983 ketika bulan Ramadhan di salah satu kota di Kalimantan Timur. Seorang pengusaha mengadakan acara berbuka puasa bersama. Yang diundang para pejabat setempat, tokoh-tokoh masyarakat - agama - para pengusaha serta beberapa tetangganya. Menjelang waktu berbuka para undangan mulai berdatangan. Diantara tamu yang hadir itu ada seseorang yang pakaiannya apa adanya, sehingga membedakan ia dengan tamu-tamu lainnya yang berpakaian parlente. Si Tuan rumah merasa kurang enak dengan kehadiran tamu yang satu ini. Setelah dicek, ternyata memang ia tidak termasuk dalam daftar undangan. Lalu si Tuan rumah menyuruh keluarganya untuk membujuk si Pulan itu agar bersedia keluar. Karena ia orang yang lugu, bujukan itu ia turuti saja. Tapi bersamaan dengan kepergiannya, ibu-ibu yang mengurusi menu untuk dihidangkan itu, menjadi sangat terkejut karena semua masakannya berbau basi dan berlendir. Untunglah dalam suasana kritis yang nyaris memalukan si Tuan rumah itu, ada seorang ulama yang membisikkan kepadanya, agar mencari orang yang disuruh pergi tadi. Singkat cerita, ternyata orang tadi berhasil ditemukan dan bersedia pula untuk hadir kembali. Aneh tapi nyata. Begitu lelaki itu masuk ke dalam rumah, ibu-ibu di dapur bersuka ria, karena makanan yang tadinya berbau basi, kini sudah kembali seperti semula dengan aroma yang merangsang selera.

Kenapa peristiwa menakjubkan itu terjadi? Dari segi logika memang sulit dicerna. Dia hanya bisa dijawab melalui agama. Bukankah Rasulullah SAW. pernah bersabda : "Bila seorang tamu masuk ke dalam rumah seorang mukmin maka bersama dia masuklah seribu barakah dan seribu rahmat". Tidak mustahil, pada lelaki lugu itulah berlaku janji Rasulullah SAW tersebut. Lelaki itu seorang miskin yang tinggal tidak jauh dari rumah yang punya hajat. Dia mencium aroma masakan yang merangsang selera. Apalagi di bulan puasa menjelang berbuka puasa. Mungkin karena saking kepinginnya ia pun memberanikan diri hadir. "Tokh tetangga saya juga. Mungkin dia hanya lupa saja mengundang saya", kira-kira begitulah bisik hatinya. Kasihan juga ya?. Lalu bagaimana para undangan lainnya ?. Ya bisa saja rasa ikhlas kehadirannya tidak semurni seperti lelaki yang satu itu. Boleh jadi kehadiran mereka karena banyak factor pertimbangan yang bersifat duniawi. Maklumlah si Pengundang itu adalah seorang pengusaha cukup handal. Wallahualam.

Ada lagi pengalaman seorang dokter internis di Jakarta. Ia menderita penyakit aneh. Setiap buang air kecil merasa perih. Sudah berkali-kali diperiksa di beberapa rumah sakit di Jakarta, tapi belum ditemukan jenis penyakitnya. Akhirnya diputuskan untuk berobat ke luar negeri. Seorang dokter yang juga dai, salah seorang sohibnya memberi nasehat : "Ada baiknya sebelum berangkat anda pamit dengan para tetangga dan beberapa teman dekat anda". "Bagaimana caranya ?", tanyanya. " Ya, undang saja mereka untuk hadir salat magrib bersama di rumah anda dan menjamu mereka sekedarnya". Dia setuju. Pada suatu hari usai mengadakan acara tersebut, ketika sang dokter internis ini buang air kecil sebelum pergi tidur, diluar dugaannya, rasa perihnya hilang sama sekali. Ketika perihal ini ia sampaikan kepada sohibnya, sambil guyon dokter yang juga dai ini berkata : "Ya tidak aneh. Karena selama ini anda tidak pernah mengadakan acara silaturrahmi seperti itu khan?. Tidak mustakhil penyakit anda lenyap lantaran doa mereka". Lantas beliau menyampaikan hadis Rasulullah SAW : "Siapa yang senang dimurahkan jalan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah senang menjalin silaturrahmi ". Bukankah dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW. bersabda : "Jagalah harta anda dengan zakat, obatilah sakit anda dengan sedekah dan hadapilah gelombang hidup dengan doa dan tawadhu".

Ujar Sun Yat Sen : "Banyak orang menyukai kekerasan padahal manusia hanya bisa ditundukkan oleh kelembutan".

Kamis, 10 Maret 2011

Anjuran Memberi Nasehat

Oleh Asatidz Ahlussunnah

Diriwayatkan dari Abu Ruqayah Tamim bin Aus Ad Daary sesungguhnya Nabi Shalallahu ’alaihi wasallam bersabda, "Agama itu nasehat." Kami bertanya, "Untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umumnya mereka" (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya).
Hadits ini diriwayatkan dari segolongan para shahabat, di antaranya Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Tamim Ad Daary dan Ibnu Umar radliyallahu 'anhum (lihat Al Irwa' No. 26)

Definisi Nasehat
Nasehat kadang-kadang bermakna khulush (bersih, murni dan yang lainnya). Bisa juga artinya menjahit (lihat Lisanul Arab, 2/615). Ibnu Katsir berkata dalam An Nihayah: "Nasehat adalah sebuah kata yang mengungkapkan tentang kalimat yang berisi keinginan agar yang dinasehati mendapat kebaikan." Abu Amr bin Ash Shalah berkata: "Nasehat adalah sebuah kalimat yang ringkas yang mengandung usaha si penasehat dengan memberi berbagai segi kebaikan secara kehendak dan perbuatan kepada yang dinasehati."

1. Nasehat Untuk Allah Subhaanahu wata’ala
Nadhim Sulthan berkata dalam Al Qawa'id hal. 91-96: "Nasehat untuk Allah adalah dengan beriman yang jujur kepada-Nya. Dengan apa-apa yang dikabarkan dan diceritakan di dalam kitab-Nya dan juga yang melalui Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wasallam. Juga dengan ikhlas beribadah kepada-Nya semata dan tidak beribadah kepada selain-Nya, mematuhi apa saja yang telah diperintahkan-Nya, menjauhi apa yang dilarangNya, mencintai apa yang Dia cintai, membenci yang Dia benci, berwala' kepada hamba-hambaNya yang beriman dan sebaliknya memusuhi serta menjauhi musuh-musuhNya."
Barangsiapa yang telah berhasil menunaikan itu berarti dia telah membersihkan dirinya dari karat-karat dan kotoran-kotoran yang rendah dan dia telah melakukan nasehat bagi Allah.
Makna nasehat di sini adalah ikhlas kepada Allah dan yang menguatkannya adalah firman Allah:
"Tidak dosa (lantaran tidak pergi jihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan RasulNya" (QS.At-Taubah: 91).
Makna nasehat pada ayat ini adalah mengikhlaskan ucapan dan perbuatan.
Imam Al Qurthubi menyatakan dalam tafsirnya terhadap ayat ini bahwa para ulama berkata: "Nasehat bagi Allah adalah memurnikan keyakinan dalam ketunggalan-Nya dan juga memberi sifat kepada-Nya sifat-sifat keilahan, mensucikan-Nya dari segala kekurangan serta mencintai yang dicintai-Nya dan menjauhi yang dibenci-Nya" (Tafsir Al Qurthubi 8/227)

2. Nasehat Untuk KitabNya
Yaitu beriman dengan kitab-Nya menurut cara yang dicontohkan para salaful ummah. Keyakinan para salaf tentang Al Qur'an adalah meyakini bahwa Al Qur'an adalah kalamullah, dan bukan makhluk. Al Imam Abu Utsman Ash-Shabuni mengatakan dalam risalah Aqidatus Salaf Ashabil Hadits: "Para ahlul hadits bersaksi dan meyakini bahwa Al Qur'an adalah kalamullah, kitab dan wahyu-Nya bukan makhluk. Barangsiapa yang mengatakan Al Qur'an adalah makhluk dengan keyakinan, maka dia dianggap kafir oleh para ahlul hadits." Al Qur'an adalah kalamullah dan wahyu-Nya yang dibawa oleh Jibril kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, berbahasa Arab untuk kaum yang mengetahui sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira, sebagaimana firman Allah:
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam. Dia dibawa oleh Ar Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas." (QS.Asy-Syu'ara: 192-195)
Al Qur'an adalah wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada umatnya, sebagaimana beliau diperintahkan oleh Allah dalam ayat: "Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu." (QS.Al Maidah: 67).
Dan Al Qur'an adalah kalamullah sebagaimana hadits dari Jabir yang menceritakan Nabi menawarkan dirinya kepada orang yang pulang haji: "Adakah seorang yang akan membawaku kepada kaumnya, sebab orang Quraisy telah melarangku untuk menyampaikan kalam Rabbku." (HR. Bukhari dalam Khalqul Af'alil Ibad 86, 205).
Itulah Al Qur'an, dia bukan makhluk. Barangsiapa yang mengira dia makhluk, maka dia dianggap kafir menurut para ahlul hadits.
Imam Al Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya Al Jami' li Ahkamil Qur'an, ketika menafsirkan makna 'nasehat bagi kitab Allah' adalah dengan:
a. Membacanya
Membaca Al Qur'an memiliki banyak keutamaan. Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang berkaitan dengan hal ini di antaranya adalah: "Bacalah Al Qur'an oleh kalian, karena dia akan datang di hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya." (HR. Muslim dalam Kitabul Musafirin No.252/804)
b. Memahaminya
Kebanyakan kaum muslimin membaca Al Qur'an dengan indah, tetapi tidak memahami arti dan tafsir yang benar tentangnya. Demikian juga orang-orang yang menghafal Al Qur'an tetapi tidak memahaminya dan hanya sebatas menghafal huruf-hurufnya saja.
Al Imam Ath-Thurthusi dalam Al Hawadits hal. 96, yang ditahqiq oleh Syaikh Ali Hasan, menyatakan: "Termasuk kebid'ahan yang dilakukan oleh orang-orang tentang Al Qur'an adalah sekedar menghafal huruf-hurufnya tanpa memahaminya."
Imam Malik meriwayatkan dalam Muwatha'nya 1/205 menyatakan: "Abdullah bin Umar berhenti pada surat Al Baqarah selama delapan tahun. Para ulama berkata bahwa maknanya adalah beliau mempelajari faraidlnya, hukumnya, halal haramnya, janji, ancamannya dan lain-lain."
Diriwayatkan dari Malik dalam Al Utaibah, beliau berkata: "Pernah ditulis surat kepada Umar bin Al Khathab dari Irak yang mengabarkan kepadanya bahwa beberapa orang telah menghafal Al Qur'an. Maka Umar memberikan imbalan pada mereka dengan mengatakan: Berikan kepada mereka harta." Kemudian bertambah banyaklah orang yang menghafal Al Qur'an. Satu tahun setelah itu ditulis surat kepada Umar bahwa ada 700 orang yang telah menghafal Al Qur'an. Kemudian Umar membalas: "Aku khawatir kalau mereka bersegera dalam Al Qur'an tanpa memahaminya." Imam Malik berkata: "Maknanya adalah beliau khawatir kalau mereka menakwilkannya dengan tidak benar."
Beginilah keadaan para pembaca Al Qur'an di masa ini. Kamu dapati mereka sanggup meriwayatkan Al Qur'an dengan 100 jenis riwayat, mengatur hurufnya dengan rapi, padahal dia sangat jahil terhadap hukum-hukumnya. Kalau engkau menanyakan kepadanya permasalahan sebenarnya tentang niat dalam wudlu, tempatnya, membawakannya, membatalkannya dan dalam memisah-misahkannya terhadap anggota-anggota wudlu, dia tidak bisa menjawab padahal dia membaca dan menghafal ayat:
"Wahai orang-orang yang beriman, bila kalian hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku." (QS.Al Maidah: 6).
Bahkan kalau engkau bertanya kepadanya apakah perintah Allah dalam ayat ini menunjukkan wajib atau nadb atau istihbab atau waqf atau mubah, belum tentu ia dapat menjawab secara rinci.
Imam Malik pernah ditanya tentang anak berumur 7 tahun yang telah menghafal Al Qur'an, maka beliau menjawab: "Menurutku hal itu tidak patut." Sisi pengingkaran beliau dalam hal ini adalah karena para shahabat membenci cepat-cepat menghafal Al Qur'an tanpa memahami maknanya. Al Hasan berkata: "Sesungguhnya Al Qur'an ini telah dibaca oleh para hamba dan anak-anak. Tapi mereka tidak tahu tafsirnya dan tidak memulai dari awalnya padahal Allah telah berfirman:
”Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS.Shad : 29)
Tadabur terhadap ayat-ayat-Nya adalah mengikutinya dengan Ilmu. Demi Allah, bukan dengan menghapal huruf-hurufnya dan menyia-nyiakannya hukum-hukumnya, sampai salah seorang mereka ada yang berkata :'Demi Allah, aku telah membaca Al-Qur'an semuanya dan tidak satupun tertinggal dari hurufnya.' Padahal dia-demi Allah- telah meninggalkannya. Tidak terlihat Al-Qur'an pada Akhlak dan amalnya. Diantaranya lagi ada yang berkata :' Demi Allah aku bisa membaca Al-Qur'an dengan satu nafas.' Meraka bukanlah qurra' dan bukan pula ulama yang wara'. Kapan para qurra' mengatakan demikian? Semoga Allah tidak memperbanyak orang-orang seperti mereka.”
Al Hasan berkata lagi :" Orang yang membaca Al-Qur'an ada tiga jenis : Pertama, Dia membaca Al Qur'an, dia jadikan Al-Qur'an sebagai barang dagangan dan dengannya dia mengharap harta manusia dari satu negeri ke negeri yang lain. Kedua, Ada yang membaca Al Qur'an dengan indah, tetapi mereka menyia-nyiakan hukum-Nya. Meraka mengalirkan harta banyak harta yang dimiliki para penguasa dan memfitnah para penduduk negerinya. Alangkah banyak yang demikian. Semoga Allah tidak memperbanyak orang-orang yang demikian. Ketiga, Ada yang membaca Al Qur'an, dia memulai dengan yang mengandung obat yang dia ketahui dari Al Qur'an. Kemudian dia gunakan untuk mengobati hatinya. Meleleh air matanya. Dia bergadang tidak tidur, sedih, khusyu'. Karena mereka, Allah menurunkan hujan, memusnahkan musuh-musuh, menolak bala. Demi Allah, pemikul Al Qur'an seperti ini sangat sedikit di kalangan manusia." (Masih dalam Tafsir Al-Qurthubi).
Beliau melanjutkan:" Allah telah berfirman tentang orang-orang yang menghafal kitab-kitab yang turun dari langit yang mereka tidak mengerti hukum-hukumnya, halal dan haramnya dengan ucapan-Nya:
“Di antara mereka ada orang-orang yang ummi, mereka tidak mengetahui tentang Al-Kitab kecuali membaca (amani) dan mereka hanya menduga-duga” (QS.Al Baqarah : 78)
Meraka menghafal Al Qur'an tetapi tidak mengetahui apa yang telah diturunkan oleh Allah di dalamnya tentang hikmah-hikmah dan pelajaran. Maka Allah mensifati mereka bahwa mereka hanya sekedar amani. Amani dalam konteks ini berarti tilawah (membaca).
Sufyan pernah berkata : "Tidak ada di dalam kitabullah ayat yang paling berat bagiku kecuali:
“Katakanlah :’Wahai ahli kitab, kalian tidak dipandang beragama sedikitpun sampai kalian menegakkan ajaran Taurat dan Injil (QS.Al Maidah: 68)
Menegakkan artinya, memahami dan mengamalkannya." (Selesai ucapan Thurthusyi).
c. Membelanya
Selanjutnya Imam Qurthubi mengatakan :"Seseorang tidak akan bisa membela Al Qur'an, kecuali kalau dia memahami isinya". (Selesai Ucapan Imam Qurthubi). Baik dari segi bahasa (nahwu, sharaf dan lain-lain) atau tafsirnya. Bagi orang yang lemah dalam hal-hal tersebut biasanya ketika diterpa badai syubhat dari ahlul bid'ah, dia akan tenggelam.
Membela Al Qur'an bisa dalam banyak hal. Yaitu dalam semua perkara yang telah diterangkan Allah dalam Al Qur'an. Yang terpenting adalah dalam hal-hal yang berkaitan dengan perkara I'tiqad dan hukum." (Sumber yang sama).
d. Mengajarkannya
Pada point berikutnya beliau berkata :"Mengajarkan Al Qur'an mengandung keutamaan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi).
e. Memuliakannya
Memuliakan Al Qur'an ketika membacanya berarti kita harus beradab ketika itu, seperti dalam keadaan wudhu, tidak bersandar dan tidak duduk seperti orang yang sombong.
Memuliakan Al Qur'an bukan hanya seperti yang dipahami oleh orang-orang awam yaitu dengan meletakkannya di tempat yang bersih, melainkan dibaca dan diamalkan setelah dipahami. Bahkan kadang-kadang ada rumah kaum muslimin yang tidak memiliki Al Qur'an.
Kalaupun punya, diletakan dalam lemari dan disimpan tanpa pernah disentuh.
f. Berakhlaq Dengan Al Qur’an
Manusia yang telah mengamalkan Al-Qur'an adalah Rasulullah Shalallau 'alaihi wa sallam. Bila kita ingin mengamalkan Al-Qur'an dan berakhlak dengannya maka hendaknya kita melihat Akhlak beliau. Hal itu pernah diucapkan oleh Aisyah radliyallahu'anha –Ibu kaum muslimin-, “Akhlak Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam adalah Al Qur'an” (HR.Muslim no. 746).

3. Nasehat Bagi Rasul-Nya
Imam Al-Qurthubi dalam tafsir itu juga menyatakan bahwa maksud nasehat kepada Rasulullah Shalallhu 'alaihi wasallam adalah :
a. Membenarkan kenabiannya.
b. Iltizam taat kepadanya dalam larangan dan perintah.
c. Mencintai orang yang mencintainya dan membenci orang yang membencinya.
d. Menghormatinya.
e. Mencintai beliau dan keluarganya.
f. Mengagungkan beliau.
g. Mengagungkan sunnah beliau.
h. Menghidupkan sunnahnya setelah wafatnya dengan:
- Membahasnya.
- Memahaminya.
- Membelanya.
- Menyebarkannya.
- Berdakwah kepadanya.
i. Berakhlak dengan akhlak beliau yang mulia (8/227).

4.Nasehat Bagi Para Pemimpin Kaum Muslimin
Maksudnya adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Al Fath I/167 : "Membantu mereka pada perkara yang mereka pikul, mengingatkan mereka ketika lupa atau lalai, menutup kesalahan mereka ketika bersalah, menyatukan suara untuk mereka, mengembalikan hati-hati yang lari kepada mereka dan nasehat terbesar bagi mereka adalah menyelamatkan mereka dari kezhaliman dengan cara yang baik.
Termasuk pemimpin kaum muslimin adalah para imam mujtahidin. Nasehat untuk mereka adalah dengan menyebarkan iilmu mereka dan menyebarkan kebaikan-kebaikan mereka serta berbaik sangka kepada mereka." (Fathul Bari).
Menurut Imam Qurthubi : " Maksudnya tidak memberontak kepada mereka, membimbing mereka kepada kebenaran, mengiatkan mereka tentang perkara kaum muslimin yang mereka lalaikan, tetap taat kepada mereka dan menunaikan hak mereka yang wajib." (Tafsir Al-Qurthubi, 8/227).
Sedangkan Al Hafizh Ibnu Rajab berkata :"Maksudnya mencintai kebaikan, kecerdasan dan keadilan mereka, mencintai agar ummat ini bersatu di bawah kepemimpinan mereka, benci kalau terpecahnya ummat ini di bawah kepemimpinan mereka, beragama dengan taat kepada mereka dalam perkara taat kepada Allah, membenci orang-orang memiliki pendapat memberontak kepada mereka, mencintai kemulaan mereka dalam taat kepada Allah." (Iqadhul Himam).

5. Nasehat Bagi Kaum Muslimin
Imam Qurthubi berkata : "Maksudnya tidak memusuhi mereka, membimbing mereka, mencintai orang shalih diantara mereka, mendoakan kebaikan untuk mereka dan menginginkan agar mereka mendapat kebaikan."
Ibnu Hajar berkata : "Maksudnya menyayangi mereka, berusaha pada hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, mengerjakan yang bermanfaat bagi mereka, menahan gangguan terhadap mereka, mencintai bagi mereka apa yang dicintainya bagi dirinya dan membenci bagi mereka apa yang dibencinya bagi dirinya."
Imam An-Nawawi berkata : " Maksudnya membimbing mereka menuju kebaikan di dunia dan akhirat mereka, tidak mengganggu mereka, mengajarkan kepada mereka yang tidak mereka ketahui tentang agama mereka, membantu mereka untuk itu dengan ucapan dan amalan, menutup aurat mereka, menolak bahaya terhadap mereka, mengusahakan agar mereka mendapat kebaikan, menyuruh mereka kepada yang ma'ruf, mencegah mereka dari yang mungkar dengan kasih sayang dan ikhlas, menyayangi mereka, menghormati yang tua dari mereka, menyayangi yang muda, selalu menasehati mereka, tidak menipu mereka, tidak dengki kepada mereka, mencintai bagi mereka apa yang dicintai bagi dirinya dari kebaikan, membenci bagi mereka apa yang dibenci bagi dirinya dari kejahatan dan kejelekan, membela harta dan kehormatan mereka serta yang selain itu dengan ucapan dan tindakan, menganjurkan mereka untuk berakhlak dengan seluruh apa yang telah kita sebutkan tadi, memberi semangat agar mereka melakukan amalan-amalan taat." (syarah shahih Muslim, 1/239).
"Dan termasuk jenis nasehat bagi Allah, kitab-Nya dan Rasul-Nya dan hal ini khusus bagi para ulama adalah membantah pendapat-pendapat yang sesat dengan Al Quran dan As-Sunnah dan menerangkan dalil-dalil keduanya kepada yang menentang dan begitu pula membantah ucapan-ucapan yang lemah dari para ulama karena ketergelinciran dengan berdasarkan dalil-dalil dari Al Qur'an dan As-Sunnah dan menerangkan hadits yang shahih atau dhaif serta rawi-rawinya, yang diterima dan yang ditolak." (Ibnu Rajab dalam Iqadhatul Himam hal.129).

Wallahu'alam bish-shawab.

Berlangganan

ayo berlangganan FREE atikel dari islami qolbu ke web anda :
copy-paste code ini :

versi tampilan daftar isi

versi Tampilan Animasi/Dinamis

Tampilannya Seperti Ini :

ISLAMI QOLBU

↑ Grab this Headline Animator

Kunjungi juga

Jago Bangkok Juara.. Here


Google

Sweety Moment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More